Berpikir Induktif
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
BAB 2 PEMBAHASAN
1. Konsep Berpikir Induktif
2. Konsep Bernalar dalam Karangan
3. Konsep Generalisasi
4. Hipotesis dan Teori
5. Analogi
6. Induksi dalam Metode Eksposisi
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pencarian pengetahuan yang
benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan
logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan
pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran
Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan prosedur yang
berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau
diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang
bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk
memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang
gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan
demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata
kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur yang
berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir
pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini
penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Induktif
?
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Penalaran Induktif.
2. Memahami arti Penalaran Induktif.
3. Mampu menjelaskan Penalaran Induktif.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Konsep Berpikir Induktif
Jalan induksi
mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti
saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya
satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di
antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang
sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Buat contoh penegasan
kita kembali pada masyarakat Yunani, masyarakat yang sebenarnya merintis
kesopanan manusia. Lama sudah terpendam dalam otaknya Archimedes, pemikir
Yunani yang hidup 250 tahun sebelum Masehi, persoalan: apa sebab badan yang
masuk barang yang cair itu, jadi enteng kekurangan berat? Ketika mandi, maka
jawab persoalan tadi tiba-tiba tercantum di matanya dan kegiatan yang memasuki
jiwanya menyebabkan dia lupa akan adat istiadat negara dan bangsanya. Dengan
melupakan pakaiannya, ia keluar dari tempat mandinya dengan bersorak-sorakkan
“heureuka” saya dapati, saya dapati, adalah satu contoh lagi dari kuatnya nafsu
ingin tahu dan lazatnya obat haus “ingin” tahu itu. Archimedes menjalankan
experiment yang betul, ialah badannya sendiri, yang jadi benda yang
dicemplungkan ke dalam air buat mandi. Dengan cara berpikir, yang biasa
dipakainya sebagai pemikir besar, ia bisa bangunkan satu undang yang setiap
pemuda yang mau jadi manusia sopan mesti mempelajari dalam sekolah di seluruh
pelosok dunia sekarang.
Menurut undang
Archimedes, maka kalau benda yang padat (solid) terbenam pada barang cair, maka
benda tadi kehilangan berat sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh
benda itu.Tegasnya kalau berat Archimedes di luar air umpamanya B gram dan
berat air yang dipindahkan oleh badan Achimedes b gram, maka berat Archimedes
dalam air tidak lagi B gram, melainkan (B-b) gr.
Dengan contoh dirinya sendiri sebagai benda
dan air sebagai barang cair, maka simpulan yang didapatkan Archimedes dalam
tempat mandi itu belumlah boleh dikatakan undang. Semua benda dalam alam, kalau
dicemplungkan ke dalam semua zat cair mestinya kekurangan berat sama dengan
berat-zat cair yang dipindahkan oleh benda itu. Kalau semuanya takluk pada
kesimpulan tadi, barulah kesimpulan itu akan jadi Undang dan barulah Archimedes
tak akan dilupakan oleh manusia sopan, manusia yang betul-betul terlatih
sebagai bapak undang itu. (Madilog. hal
100-101 Tan Malaka, Pusat Data Indikator)
Metode berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah
bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:
§ Jika dipanaskan, besi memuai.
§ Jika dipanaskan, tembaga memuai.
§ Jika dipanaskan, emas memuai.
§ Jika dipanaskan, platina memuai.
§ Jika dipanaskan, logam memuai.
§ Jika ada udara, manusia akan hidup.
§ Jika ada udara, hewan akan hidup.
§ Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
§ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
2. Konsep Bernalar dalam Karangan
Dalam praktek proses deduktif dan induktif itu diwujudkan dalam
satuan--satuan tulisan yang merupakan paragraf. Di dalam paragraf suatu
pernyataan umum membentuk kalimat utama yang mengandung gagasan utama yang
dikernbangkan dalarn paragraf itu. Dengan demikian ada paragraf deduktif
de-ngan kalimat utama pada awal paragraf, paragraf induktif dengan kalimat
utama.
pada akhir paragraf, dan ada pula paragraf dengan kalimat utama
pada awal dan akhirnya.
Proses deduktif dan induktif itu juga diterapkan dalam mengembangkan
seluruh karangan. Paragraf-paragrat deduktif dan induktif mungkin dipergunakan
secara bergantian, bergantung kepada gaya yang dipilih penulis sesuai dengan
efek dan tekanan yang ingin diberikannya. Karya ilmiah merupakan sintesis
antara proses deduktif dan induktif, Kedua proses itu terlihat secara jelas.
Yang diuraikan di atas ialah arah atau alur penalaran dan
bagaimana per-wujudannya di dalam tulisan atau karangan. Pada bagian berikut
akan dibahas wujud penalaran dihubungkan dengan urutan pengembangan dan isi
karangan. Dalam hal ini, karena paragraf pada hakikatnya merupakan suatu
karangan mini maka contoh-contoh yang diberikan sebagian besar berupa paragraf.
3. Konsep Generalisasi
Generalisasi adalah
proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh:
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴ Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup
Macam-Macam Generalisasi
Generalisasi sempurna Adalah
generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus
penduduk
Generalisasi Tidak Sempurna
Adalah generalisasi
dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan
juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh
pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
4. Hipotesis dan Teori
Definisi Hipotesis
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenarannya. Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah;thesis =
pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa
merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah
yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan
terarah.Dalam penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan
hipotesis, tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Definisi Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan
dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis
mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz
dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis”
yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable - variabel
dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
5. Analogi
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang
menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu
proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang
telah ada. Contohnya pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan
karyawan-karyawati.
Jenis-jenis Analogi
Analogi induktif:
Analogi induktif, yaitu analogi yang disusun
berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan
bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat
bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada
persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang diperbandingkan.
Contoh analogi induktif :
Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final
karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final
jika berlatih setiap hari.
Analogi deklaratif:
Analogi deklaratif merupakan metode untuk
menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan
sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh analogi deklaratif:
Deklaratif untuk penyelenggaraan negara yang
baik diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya.
Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan
sinergitas antara akal dan hati.
.
6. Induksi dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah
satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis
dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi
dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan
hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim
disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
§ Menentukan topik/tema
§ Menetapkan tujuan
§ Mengumpulkan data dari berbagai sumber
§ Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
§ Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari hasil makalah tentang penalaran dan jenis-jenisnya di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa banyak sekali yang dapat kita pelajari dari
penalaran tersebut. Bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir
yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan
ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian
perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan
sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan
proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.Penalaran dalam prosesnya ada 2 macam yaitu
penalaran Deduktif dan penalaran Induktif.Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya
dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran Induktif adalah
metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke
umum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arifin, E Zaenal dan Tasai, S Amran.
2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika
Pressindo.
2. Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
3. Tatang, Atep et all. 2009. Bahasa Indonesiaku
Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
4. http://bangbiw.com/definisi-berfikir-induktif-dan-contohnya/
6. http://zefara-azzahra.blogspot.co.id/2015/01/deduktif-induktif-generalisasi-analogi.html
Komentar
Posting Komentar